Jakarta (Antara Bali) - Dua peserta dari Indonesia memperebutkan gelar
koki rumahan terbaik bersama 13 kontestan lain dari delapan negara dalam
kompetisi memasak MasterChef Asia musim pertama. Siapa lawan terberat
mereka?
"Lawan terberat adalah diri saya sendiri," kata Stefan Pratama (26).
Menurut pria Medan yang sempat tinggal di Singapura dan Amerika
Serikat, dia harus bisa memasak dengan baik dalam waktu terbatas di
bawah tekanan dalam kompetisi tersebut.
"Saya harus mendorong diri sendiri menampilkan yang terbaik,"
ujar Stefan yang mengaku sempat terpukau bisa berada di dapur yang
selama ini hanya dilihatnya di layar kaca.
Stefan mengisahkan kecintaan pada memasak dimulai dari rasa
kangen menyantap makanan Indonesia saat tinggal di luar negeri. Ketika
kembali ke kampung halaman, giliran masakan Amerika Serikat yang
dirindukannya.
"Saya jadi mencari tahu masakan yang dikangenin
dan belajar cara masaknya," imbuh pria yang menyebut internet dan
YouTube sebagai salah satu sumber belajar.
Pria yang kini membantu perusahaan lampu milik keluarganya menyebut gaya masakannya sebagai "New American".
Berbeda
dengan hidangan klasik Amerika seperti burger, "New American" adalah
masakan yang telah dipengaruhi cita rasa dari tempat lain, seperti
Meksiko dan Korea.
Dia berharap dapat mempopulerkan masakan
Indonesia di luar negeri, seperti AS, lewat ciri khas "New American"
yang diusungnya.
"Karena kebanyakan makanan Indonesia terkenalnya di Belanda, di Amerika
belum seperti itu," imbuh pria yang ingin memiliki bisnis makanan beku
serta saus.
Sementara itu, Vonny berpendapat setiap tantangan yang
dilaluinya di MasterChef Asia menjadi pelajaran berharga untuk
diterapkan di tantangan berikutnya.
Gadis 20 tahun yang menjadi
kontestan termuda itu awalnya sering menonton acara MasterChef di
televisi. Mahasiswi bisnis kuliner yang gemar memasak sejak belia pun
tertantang untuk melihat sejauh mana kemampuannya.
Kemampuan memasak perempuan asal Bali itu diasah sejak belia
berkat diajari sang ayah, dimulai dengan menu seperti panekuk dan
waffle. Awalnya Vonny lebih sering membuat kue-kue yang diakui
kelezatannya oleh teman-teman di sekolah.
"Aku dulu suka bawa kue
ke sekolah untuk teman-teman," ujar bungsu dari dua bersaudara itu.
Belakangan, Vonny mempelajari resep masakan Indonesia selain kue yang
disebutnya lebih mudah karena takarannya dapat disesuaikan dengan
selera.
"Kalau baking lebih strict takarannya," ujar gadis yang gemar membuat
rendang Bali itu.
Vonny berharap keikutsertaannya di MasterChef Asia dapat membantu mewujudkan impiannya memiliki bisnis kuliner di masa depan. (WDY)
Lawan Terberat Kontestan Indonesia di MasterChef Asia
Rabu, 19 Agustus 2015 21:32 WIB