Jakarta (Antara Bali) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah sebesar 33 poin menjadi
Rp12.115 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.082 per dolar AS.
"Dolar AS kembali terapresiasi didorong oleh pertumbuhan ekonomi AS
pada kuartal III tahun ini sehingga memicu sebagian pelaku pasar
mengalihkan asetnya dalam bentuk mata uang AS," kata Kepala Riset Monex
Investindo Futures Ariston Tjendra.
Ia mengemukakan bahwa departemen perdagangan AS mencatat produk
domestik bruto pada kuartal III tumbuh sebesar 3,5 persen, naik dari
ekspektasi sebelumnya yang hanya 3 persen.
Data tersebut, lanjut dia, sekaligus mendukung pernyataan the Fed
bahwa pemulihan ekonomi AS sebagian besar telah berada pada jalurnya.
Pertumbuhan ekonomi AS itu bisa menggeser fokus investasi dari pasar
keuangan bersiko, salah satunya Indonesia.
Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada
mengatakan, sentimen dari hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal
(FOMC) yang menghentikan program stimulus keuangannya juga masih
membebani mata uang rupiah.
"Laju rupiah masih melanjutkan pelemahannya seiring dengan kembali
terapresiasinya laju dolar AS pasca-selesainya program pembelian
obligasi the Fed," katanya.
Menurut dia, sentimen positif untuk mata uang rupiah yang datang
dari eksternal masih cukup minim, sementara di dalam negeri pelaku pasar
juga masih menantikan kepastian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi.
"Sentimen yang ada belum memungkinkan bagi rupiah untuk bergerak
menguat. Kendati demikian, ruang penguatan masih cukup terbuka jika ada
kepastian dari kenaikan BBM yang diharapkan dapat memperbaiki neraca
transaksi berjalan," katanya.(WDY)
Rupiah Melemah Menjadi Rp12.115 per Dolar
Jumat, 31 Oktober 2014 10:45 WIB